Fmoviz.com – Usmar Ismail adalah pelopor drama modern sekaligus bapak film di Indonesia. Namanya tidak akan pernah bisa dilepaskan dari coretan perjalanan dunia industri film Indonesia. Ada beberapa film karya Usmar Ismail yang bisa dinikmati. Melalui sejumlah film, pada tahun 1950-an Usmar Ismail pemicu lahirnya insan-insan lain dalam dunia perfilman Indonesia. Sejumlah judul film kemudian menjadi identik sebagaimana Usmar Ismail mencetak sejarah berupa karya seni yang mampu dinikmati hingga saat ini.
Usmar Ismail merupakan anak dari Datuk Tumenggung Ismail dengan Siti Fatmawati. Bakat sastra Usmar Ismail telah muncul sejak SMP. Dilansir dari laman Badan Pengembangan serta Pembinaan Bahasa di tahun 1943, Usmar Ismail bersama dengan Rosihan Anwar, El Hakim, Cornel Simanjuntak, beserta H.B Jassin mendirikan sebuah kelompok sandiwara yang diberikan nama Maya. Kelompok tersebut juga mementaskan teater dengan teknik Barat. Sehingga, hal tersebut dianggap sebagai terbitnya teater modern di Tanah Air.
Seperti Sandiwara yang dipentaskannya tersebut yakni, Mutiara dari Nusa Laut (Usmar Ismail), Taufan di Atas Asia (El Hakim), Liburan Seniman (Usmar Ismail), dan juga “Mekar Melati” (Usmar Ismail). Setelah masa kemerdekaan, Usmar Ismail dengan kedua rekannya tersebut mendirikan surat kabar Rakyat. Kemudian pindah ke Yogyakarta dengan mendirikan Harian Patriot dan Bulanan Arena. Perkembangan Usmar Ismail lebih berminat dalam perfilman. Usmar Ismail ditawari jadi asisten sutradara oleh Anjar Asmara di film Gadis Desa. Kemudian setelah itu membuat film seperti Citra dan Harta Karun. Simak berikut dibawah ini ada beberapa film karya Usmar Ismail yang perlu kalian ketahui :
Film Usmar Ismail pertama ini adalah Lewat Djam Malam, film tersebut diterbitkan pada tahun 1954 silam. Film yang membangkitkan gairah perfilman zaman itu bertemakan kepahlawanan bangsa. Film berjudul Lewat Djam Malam ini menceritakan seorang bekas pejuang, yakni Iskandar (AN Alcaff) pulang kembali berbaur ke dalam lingkungan penduduk. Dia mencoba buat menyesuaikan dirinya dengan sekitar lingkungan. Kisah ini dimulai pada saat Iskandar masuk kedalam rumah kekasihnya yakni Norma tepat pada tengah malam. Iskandar lari dari pesta yang ada di kediaman Norma dengan menemui sejumlah orang buat mencari pekerjaan.
Nah selanjutnya film karya dari Usmar Ismail adalah Tiga Dara. Film ini diterbitkan pada tahun 1956 silam, salah satu film yang sangat dikenang dari Usmar Ismail. Karena film ini sendiri menjadi batu loncatan karir nama-nama besar pada industri film nasional. Tiga Dara menceritakan Nunung, Neny, dan Nana. Mereka tinggal bersama dengan ayahnya yakni Sukandar dan neneknya setelah ditinggal ibundanya. Dimana, neneknya menginginkan Nung menikah dan sempat merayakannya sebelum tutup usia.
Dia kemudian mencarikan jodoh buat Nunung, perjalanan sang ayah dan neneknya tersebut menjadi premis utama pada film yang digarap oleh Usmar Ismail ini. Film ini bahkan dibumbui dengan adegan-adegan lucu. Dimana, tiga dari belum lama direstorasi oleh SA Films dengan format 4K. Hasil restorasi bahkan sempat ditayangkan di berbagai bioskop Tanah Air pada bulan Agustus tahun 2016 lalu.
Film terakhir karya dari Usmar Ismail adalah Darah dan Doa. Film ini sendiri diterbitkan pada tahun 1950 oleh Usmar Ismail. Darah dan Doa atau judul lainnya The Long March ini menceritakan tentang perjalanan panjang prajurit RI dan juga Yogyakarta menuju Jawa Barat. Dimana, rombongan tersebut dipimpin oleh Kapten Sudarto yang diperankan oleh Del Juzar. Perjalanan tersebut diwarnai dengan ketegangan, karena serangan dari tentara Belanda hingga dibumbui dengan adanya aroma pengkhianatan.
Kapten Sudarto sendiri bahkan tidak digambarkan sebagai pahlawan suci, melainkan manusia biasa yang tidak lepas dari godaan. Ya, walaupun dirinya sudah mempunyai keluarga, namun di sepanjang perjalanan dia terlibat beberapa hubungan cinta terlarang. Konfilm dalam Darah dan Doa sendiri didasarkan dengan ketegangan terjadi pada peristiwa nyata Pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 silam. Walaupun sudah ada film cerita sebelum Darah dan Doa, tapi film ini sendiri ditunjuk sebagai film nasional pertama lho. Oleh karena itu lah film karya Usmar Ismail satu ini cikal bakal penentuan Hari Film Nasional pada tanggal 30 Maret.