fmoviz.com – Seperti yang kita ketahui, film Srimulat: Hil yang Mustahal menjadi salah satu film yang sukses, Fajar Nugros kini siap kembali dengan film terbarunya pada bulan Oktober 2022 ini, yaitu Inang. Namun Inang memiliki genre yang terbilang sangat berbeda dibanding sejumlah film garapan Fajar sebelumnya. Karena ini merupakan pertama kalinya Fajar menggarap sebuah film dengan genre horor, film Inang ini menceritakan tentang pegawai supermarket yang bernama Wulan yang diperankan oleh Naysila Mirdad yang ditinggal oleh kekasihnya ketika kondisinya sedang hamil.
Akibat tidak memiliki uang, Wulan akhirnya bersedia agar anaknya diadopsi oleh sepasang suami-istri, namun Wulan sering mengalami kejadian aneh ketika tinggal bersama pasangan suami-istri tersebut sambil menunggu sang anak lahir. Yang menarik, dalam film ini Naysilla akan beradu akting dengan ibunya sendiri, Lydia Kandou, Dimas Anggara, hinga Rukman Rosadi. Film ini sudah tayang di bioskop mulai 13 Oktober 2022, berbeda dengan film horor yang lainnya, Inang tidak menunjukkan sisi hantu yang menakutkan, namun manusia yang mengerikan. Seperti apa filmnya? Berikut ini review film Inang.
Review Film Inang, Manusia Lebih Mengerikan Dari Hantu!
Sinopsis Film Inang
Film ini menceritakan kisah tentang Wulan yang diperankan oleh Naysilla Mirdad yang hamil di luar nikah dengan pacarnya, yaitu Heru yang diperankan oleh Emil Kusumo. Namun Heru menyuruh Wulan untuk menggugurkan bayi tersebut, Wulan memilih untuk mempertahankan bayinya, walaupun sang pacar tidak ingin bertanggung jawab, ia pun merasa resah dengan masa depan bayinya tersebut dan memutuskan untuk mencari orang tua asuh untuk sang jabatan bayi. Melalui media sosial Facebook, Wulan bertemu dengan Eva yang diperankan oleh Lydia Kandou dan Agus Santoso yang diperankan oleh Rukman Rosadi. Waktu berjalan, Wulan akhirnya tahu di balik niat Eva dan AGus untuk menjadi orang tua asuh bagi anaknya.
Horor Berbeda Yang Dibangun Cukup Lamban
Inang memiliki tema cerita yang sangat kental dengan mitologi Jawa, khususnya Rebo Wekasan yang kabarnya merupakan hari paling sial sepanjang tahun. Film ini kemudian mengemas mitologi tersebut menjadi sebuah cerita horor yang bertema sekte yang sangat lekat dengan budaya Jawa. Hal ini tentunya sudah cukup membuat Inang menjadi film horor yang berbeda dibanding tontonan horor lokal lainnya, namun pembangunan konflik dalam film ini berlangsung dengan sangat lamban dan bisa membuat penonton bosan. Hal ini mungkin sengaja agar penonton bisa lebih dekat dengan para karakternya, namun konflik dalam film ini sebenarnya sudah bisa terbaca sejak bagian awal film sehingga proses pembangunannya tidak perlu berputar-putar. Selain itu, ada beberapa adegan dalam filmnya yang sebenarnya tidak terlalu penting sehingga bisa mempersingkat durasi.
Penokohan Dan Akting Yang Sama-Sama Kuat
Walaupun bikin bosan, gaya penceritaan Inang lamban terbilang berdampak positif bagi penokohan karakternya. Karena penokohan dalam film ini terbilang sangat mendalam, khususnya pada Wulan yang jadi tokoh utamanya. Sejak awal film ini sudah berhasil membuat penonton peduli dengan nasib Wulan dan seolah ingin melindungi ia agar tidak mengalami hal buruk pada akhir filmnya, penokohan yang sangat mendalam tersebut pun terdukung dengan akting para pemain yang berkualitas.
Mulai dari Naysila MIrdad, Rukman Rosadi, Lydia Kandou, hingga pemeran pendukung sekalipun tampil dengan sangat total dalam film ini, performa para pemain dalam film ini juga terbilang sukses memainkan emosi penonton sepanjang menonton filmnya. Satu-satunya hal yang mengganggu dari karakter film ini yaitu sosok Bergas yang melibatkan DImas Anggara sebagai pemainnya. Namun hal mengganggu itu bukan karena akting sang aktor, namun karena gaya berbicara karakternya, karena Bergas terlalu sering melakukan umpatan dalam bahasa Inggris yang bahkan tak wajar bagi orang Indonesia yang menghabiskan waktu di Singapura.
Bikin Ngeri Tanpa Hadirkan Sosok Hantu
Fajar Nugros bisa dibilang berhasil dalam sebutnya menyutradarai sebuah film horor. Film Inang ini benar-benar berhasil membangkitkan rasa takut penonton tanpa harus menghadirkan sosok hantu dengan penampilan yang menyeramkan. Bahkan Inang secara tidak langsung kembali menyadarkan penonton bahwa manusia pada dasarnya memang jauh lebih menakutkan daripada hantu. Cara Fajar membangun rasa takut dalam film ini cukup banyak, termasuk angle kamera dan scoring nya mampu membuat penonton tidak nyaman. Elemen jumpscare yang ada pada film ini sebenarnya cukup minim, tapi selalu sukses membuat terkejut karena memiliki built up yang baik. Hal yang jadi andalan untuk menakuti penonton yaitu elemen gorenya yang sukses. Itu lah beberapa review film Inang yang sukses bikin merinding tanpa hantu.