Fmoviz.com – Film Ben & Jody saat ini sudah tayang di Bioskop Indonesia sejak hari Kamis, 27 Januari 2022 kemarin. Menjadi film aksi mengeluarkan cerita Ben diperankan oleh Chicco Jerikho dan Jody diperankan oleh Rio Dewanto. Berbeda dari film Filosofi Kopi, pada saat ini film bertajuk Ben & Jody akan terlibat pada petualangan jauh berbeda-beda. Angga Dwimas Sasongko diseret menjadi sutradara dengan mengangkat genre action. Ini menjadi spin off dari semesta film sebelumnya, Filosofi Kopi. Sang produser, Jody Cristian Imanuell menyatakan bahwa mengenai adegan aksi pada film ini.
“Seperti full course dinner dibentuk action,” ungkap Imanuell dikutip dari Kompas.com. “Jika ditanyakan apa saja full coursenya, semuanya ada,” tutur Imanuell. “Baik itu tembak-tembakan, drama, berantem, sampai car chase sekalipun,” sambungnya seperti yang dikutip dari Kompas.com. Walaupun melakukan banyak adegan action pada film ini, Chris memastikan kalau semua adegan itu sesuai standar keamanannya dari mulai awal sampai akhir. Terlebih film ini memakai senjata api yang sudah asli.
“Intinya mulai dari awal sampai syuting selesai semuanya harus tetap terkendali saya menjadi produser,” ungkap Cristian seperti dikutip dari Kompas.com. Ada hal yang menarik pada proses produksi Ben & Jody sendiri, yakni sang sutradara sampai-sampai membuat desa dinamakan sebagai Wanareja pada film itu. Film ini sendiri tidak hanya dibintangi oleh Rio Dewanto dan Chicco Jerikho saja, melainkan ada juga Yayan Ruhian, Hana Malasan, Aghniy Haque dan masih banyak lagi bintang film lainnya.
Bagaimana dengan Sinopsis Film Ben & Jody?
Setelah sukses mendirikan kedai kopi bersama dengan sahabatnya, Jody memutuskan buat ke kampung. Dan saat ini cuma Ben melanjutkan usahanya, Jody di kampung halamannya aktif membela kelompok petani lahannya di sedot oleh perusahaan. Dia dibantu oleh penduduk desa bernama ‘Wanareja’ buat menghadapi komplotan pembalak Aa Tubir diperankan oleh Yayan Ruhian. Tujuannya buat merebut kembali tahan mereka sudah dirampas. Disaat waktu bersamaan, Ben ingin membuka konsep terbaru dari Filosofi Kopi mengundang Jody pada acara penerbitannya tersebut.
Sayangnya, Jody sendiri tidak hadir mengakibatkan Ben mencari keberadaan sahabatnya tersebut. Jody ternyata disekap oleh pembalak liar tersebut, maka dari itulah Ben langsung menuju Desa Wanareja demi menyelamatkan sahabatnya. Ditengah-tengah perjalanan dia dihadang oleh desa Wanareja curiga terhadap dirinya. Mereka yakni Tambora, Musang, Jago, dan Rinjani. Mereka semua membawa Ben ke desa untuk mengintrogasinya. Setelah ditanyakan, maka Ben bergabung bersama penduduk Wanareja pada pertarungan hidup dan mati menghadapi mafia tanah itu.
Yap, film ini memang mengangkat genre laga yang jauh berbeda dari film sebelumnya Filosofi Kopi 1 dan 2 mengangkat genre drama. Chicco Jerikho dan Rio Dewanto sendiri mengaku bahwa keduanya sengaja untuk mengangkat genre satu ini supaya berbeda dari film-film sebelumnya. Setelah lewat diskusi, maka sutradara dan keduanya sepakat buat memutuskan mencoba genre aksi ini. Bahkan mereka juga merubah judul sebelumnya menjadi judul Ben & Jody ini. “Sebenarnya kami sengaja, saya Rio dan Angga mau merubah diri kami,” ungkap Chicco dikutip dari CNN Indonesia.com.
Walaupun seperti itu, film satu ini disebut tidak meninggalkan ciri khas dari film sebelumnya sering mengangkat isu sosial. Tidak tanggung-tanggung cerita diangkat pada film ketiga ini merupakan konflik agraria. Pilihan tema ini menjadi titipan terakhir dari mendiang Glenn Fredly aktif menyuarakan penggusuran tanah beserta pengalihfungsian terjadi di Indonesia Timur. Salah satu pemain film dari Ben & Jody ini, Yayan Ruhian sendiri berharap dengan melalui Ben & Jody publik bisa sadar kalau misalnya konflik agraria merupakan permasalahan ada di Indonesia sekarang.
Film Ben & Jody ini mengangkat aktris Hana Malasan menerima peran sebagai Rinjani. Perannya itu dipercayakan kepadanya untuk menjadi seorang wanita mempunyai kemampuan pada membidik target lewat busur panahnya tersebut. Hana mengaku berlatih memanah secara otodidak di kediamannya dan diberikan kesempatan buat membawa alat panahnya tersendiri. Walaupun seperti itu, tapi Angga sendiri tidak memohon Hana buat benar-benar menguasainya.